Kamis, 21 April 2011

Gambaran Kondisi Dinamika Atmosfer Kota Kendari tanggal 21- 22 April 2011

Interprestasi Data NWP mengenai Kondisi Dinamika Atmosfer Kota Kendari :
Skala Global
  1. Monitoring La Nina dan El Nino, diperkirakan bulan April 2011 anomali suhu muka lau di wilayah PAsifik bagian tengah masih dingin. Hasil pantauan indeks SOI sejak bulan November 2010 : +16.3, Desember 2010 : +26.4, Bulan Pebruari 2011 : +22.6 sampai tanggal 11 Maret 2011 : +21.69 dan sampai bulan April masih dikisaran positif. Berdasarkan kondisi terakhir serta trendnya, diperkirakan kondisi ENSO pada bulan April 2011 masih dingin, hal ini mengindikasikan masih terjadi La Nina, yang diprediksi oleh Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika pada bulan April sampai bulan Mei 2011 masuk kriteria La Nina Lemah yang menyebabkan penambahan intensitas curah hujan di Sulawesi Tenggara dan selanjutnya akan menuju netral pada bulan Juni sampai Agustus 2011.
  2. Monitoring terhadap aktifitas MJO, terkait kondisi gerakan vertikal diatas wilayah Indonesia pada bulan April mengindikasikan tidak adanya penambahan maupun penekanan pembetukan awan-awan hujan di wilayah Indonesia (kondisi netral).
    Dari data Outgoing Long Wave Radiation (OLR) terlihat pada bulan Maret 2011 pembentukan awan-awan konvektif cenderung bertambah (berada pada fase 4  dan 5 yang merupakan wilayah Indonesia). Sedangkan untuk bulan April 2011 pembentukan awan-awan konvektif cenderung berkurang karena pusat konveksi MJO berada ada fase 6 dan 7 dengan intensitas sedang.
  3. Data Sea Surface Temperature (SST) menunjukan suhu muka laut wilayah Indonesia bagian Timur, masih diatas 270C, hal ini menggambarkan bahwa penguapan yang terjadi dilaut masih cukup tinggi sehingga kandungan uap air yang terdapat di udara cukup tinggi
Skala Regional
  1. Posisi Matahari sebagai sumber energi utama pada bulan April 2011 akan berada pada sebelah utara garis equator (BBU). Berkaitan dengan hal tersebut maka wilayah BBU akan tersedia cukup uap air untuk pembentukan awan dan curah hujan, namun demukian karena sifat air yang mampu menyimpan energi lebih lama sehingga wilayah BBS juga masih tersedia cukup uap air untuk pembentukan awan, sehingga periode ini daerah Sulawesi Tenggara masih berpotensi terjadi hujan.
  2. Sirkulasi Monsun Asia-Australia, hingga pertengahan bulan Maret 2011 monsun Australia masih dalam kisaran normal, begitu juga sirkulasi monsun di Indonesia masih dalam kisaran normal. Gangguan - gangguan umumnya terjadi disebabkan  adanya pola - pola tekanan rendah di wilayah Lautan Pasifik bagian Selatan sekitar Utara Australia dan bagian Timur Philipina. Kondisi ini menyebabkan terjadinya curah hujan cukup tinggi di beberapa wilayah seperti wilayah Sulawesi.
  3. Dari Gambar Streamline lapisan 3000 feet menunjukkan bahwa pola angin di Indonesia bertiup dari Timur Laut sampai Barat laut untuk BBU, sedangkan untuk BBS umumnya bertiup dari Tenggara sampai Barat laut dengan kecepatan 3 - 25 Knot. Selain itu dari gambar terlihat bahwa massa udara berasal dari Samudera Pasifik yang bersifat basah, hal ini yang memicu pertumbuhan awan konvektif di Indonesia. Untuk wilayah Kota kendari terlihat bahwa terjadi shearline (belokan angin) yang berarti terjadi penumpukan massa udara (pertumbuhan awan konvektif cukup aktif) yang pada akhirnya terjadi hujan di Sulawesi Tenggara.
  4. Dari Gambar Tekanan Udara menunjukan bahwa terdapat Daerah Pusat Tekanan Rendah di Belahan Bumi Utara, dengan ada satu daerah pusat tekanan rendah yang menarik semua massa udara di Indonesia baik yang dari BBU dan BBS bergerak di Daerah Pusat Tekanan Rendah tersebut yaitu daerah Low yang berada di Lautan Pasifik sebelah utara Papua (1009 mb), hal inilah yang menyebabkan banyak terdapat daerah shearline di Sulawesi Tenggara.
Skala Lokal
  Kondisi Stabilitas udara menunjukan bahwa :
  1. K-indeks (39) = konvektif kuat
  2. L-indeks (-3) =Thunder stroom
  3. Showalter Indeks (-2) =  Thuder stroom
  4. Relatif Humidity (RH) 700 Hpa : >60%
  5. Relatif Humidity (RH) 850 Hpa : >80%
Pengertian unsur-unsur Skala Lokal :
  1. Kondisi K-indek tingkat kecenderungan pertumbuhan awan (tingkat konvektif) Tingkat kuat.
  2. Kondisi L-indeks adalah gambaran kondisi labilitas udara di atmosfer dan dari gambar menunjukan bahwa tingkat labilitas udara di Kota kendari pada Tingkat dimungkinkan terjadi Thunder Stroom)
  3. Kondisi Showalter Indeks adalah gambaran kondisi labilitas udara di atmosfer, dan dari gambar menunjukan bahwa tingkat labilitas berada pada tingkat dimungkinkan terjadi Thunder stroom)
  4. Data RH pada lapisan 700 mb dan 850 mb adalah gambaran kandungan uap air di udara, dimana dari gambar menunjukan bahwa kondisi kandungan uap air di wilayah kota Kendari cukup banyak, sehingga dapat memicu pertumbuhan awan konvektif (awan hujan).
Dari data Satelit MTSAT menunjukan bahwa banyak sekali kumpulan awan yang terjadi di atas wilayah Kota kendari, dimana terdapat juga awan Cumulusnimbus yang merupakan awan - awan hujan. Dengan adanya awan Cumulusnimbus, maka Kota Kendari diperkirakan umumnya berawan banyak dan berpotensi terjadi hujan dengan intensitas sedang disertai guntur dan angin kencang. Kondisi ini diperkirakan terjadi seminggu kedepan. 
Forecaster on Duty
Aris Yunatas, SP.