Minggu, 30 Januari 2011

Prakiraan Cuaca tanggal 31 Januari 2011 untuk Kota Kendari






Kesimpulan Gambar :
  1. Terdapat Siklon Tropis ANTHONY 984 HPA, berada di atas perairan Australia bagian Timur bergerak ke arah Barat Daya dengan kecepatan 14 knot dan kecepatan angin  maksimum 45/50 kont di dekat pusatnya.
  2. Pola angin diatas wilayah Indonesia : di sebelah Utara Khatulistiwa umumnya bergerak dari arah Utara hingga Timur, kecuali,  Laut  Sulawesi   Angin  dari  Arah  Barat  laut   Sedangkan  di  Selatan Khatulistiwa  Angin  dari  Arah  Selatan  hingga   Barat  laut,   dengan  kecepatan angin  berkisar antara  10  sampai  28  knot atau  10 - 50 Km/Jam. 
  3. Pada data streamline juga menunjukan bahwa untuk dKota Kendari terdapat daerah konfluent (pertemuan massa udara basah) sehingga kondisi diatas memberi peluang pertumbuhan awan dan hujan untuk wilayah Kota kendari.
  4. Kondisi tingkat Konvektifitas dan Labilitas udara :
  • K-indeks   : 38 (konvektif kuat)
  • L-indeks   :  -3 (thundher stroom)
  • SI-indeks  :  -2 (labil)
  • Data Precipitation menunjukan bahwa Kota Kendari diperkirakan hujan dengan jumlah curah hujan berkisar 5 - 10 mm.
Dengan melihat kondisi dinamika atmosfer diatas, maka Kota Kendari diperkirakan terjadi hujan dengan disertai guntur.

Informasi Cuaca Wilayah Perairan H tanggal 31 Januari 2011

Kamis, 27 Januari 2011

Informasi Cuaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika Tanggal 27 Januari 2011

 
IDJ21030
BADAN METEOROLOGI KLIMATOLOGI DAN GEOFISIKA
Tropical Cyclone Warning Centre (TCWC) Jakarta
            

Dikeluarkan oleh TROPICAL CYCLONE WARNING CENTRE JAKARTA
Pada: 08:26 WIB 27/01/2011

Siklon Tropis BIANCA

Kondisi tanggal 27/01/2011 pukul 07:00 WIB :
Posisi           : 19.8LS, 115.0BT (sekitar 1230 km sebelah selatan Denpasar)
Arah Gerak    : barat barat daya, kecepatan 8 knots (15 km/jam) bergerak menjauhi 
                     wilayah Indonesia
Kecepatan
Angin Maksimum: 70 knots (130 km/jam)

Prediksi 24 jam, tanggal 28/01/2011 pukul 07:00 WIB :
Posisi        : 22.6LS, 110.8BT (sekitar 1610 km sebelah selatan barat daya Denpasar)
Kecepatan
Angin Maksimum: 85 knots (155 km/jam)

Prediksi 48 jam, tanggal 29/01/2011 pukul 07:00 WIB :
Posisi        : 28.1LS, 108.4BT 
Kecepatan
Angin Maksimum: 55 knots (100 km/jam)

Prediksi 72 jam, tanggal 30/01/2011 pukul 07:00 WIB :
Posisi        : 32.3LS, 112.4BT 
Kecepatan
Angin Maksimum: 30 knots (55 km/jam)

DAMPAK TERHADAP CUACA DI INDONESIA :
Potensi hujan dengan intensitas ringan - sedang di Bali hingga Nusa Tenggara,
Laut Sawu,Samudera Hindia selatan Bali dan Nusa Tenggara.
Gelombang tinggi 3-4 meter di Samudera Hindia Selatan Jawa Hingga Nusa Tenggara
Gelombang tinggi hingga 5 meter di Samudera Hindia selatan P. SUmba
  

 PERINGATAN DINI CUACA EKSTRIM

25 January 2011 - 27 January 2011

Adanya daerah tekanan rendah di Pantai Utara Australia sebelah Selatan Pulau Timor dan membentuk pumpunan angin yang memanjang dari Pesisir Barat Bengkulu hingga Laut Banda. Kondisi ini mempengaruhi peningkatan aktifitas pertumbuhan awan hujan terutama di wilayah Sumatera bagian Selatan, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan bagian Selatan, Sulawesi bagian Tengah dan Selatan, Maluku Tenggara serta Papua bagian Selatan.
Kawasan yang berpengaruh adalah :
» a.Wilayah yang berpotensi hujan lebat adalah :
»  Sumatera Barat bagian Barat
»  Kep. Riau
»  Bengkulu
»  Sumatera Selatan bagian Barat
»  Lampung bagian Selatan
»  DKI Jakarta
»  Jawa Barat
»  Kalimantan Barat bagian Barat dan Selatan
»  Kalimantan Timur bagian Timur dan Selatan
»  Kalimantan Selatan
»  Gorontalo
»  Sulawesi Utara
»  Maluku Utara
»  Papua bagian Tengah
»  
»  b.Wilayah yang berpotensi hujan lebat disertai kilat/petir dan angin kencang adalah :
»  NAD
»  Sumatera Utara bagian Barat
»  Pesisir Barat Bengkulu
»  Jawa Tengah bagian Utara dan Tengah
»  Jawa Timur bagian Utara dan Timur
»  Bali
»  NTB
»  NTT
»  Sulawesi Selatan bagian Utara
»  Sulawesi Tengah bagian Timur
»  Sulawesi Tenggara bagian Selatan
»  Sulawesi Barat bagian Barat dan Selatan
»  Maluku
»  Papua bagian Selatan 


Sabtu, 22 Januari 2011

Kutipan Informasi Cuaca Buruk dari Website BMKG

CUACA BURUK DAMPAK GANGGUAN SIKLON TROPIS


CUACA buruk berupa hujan deras, angin kencang dan gelombang laut tinggi yang melanda sebagian besar wilayah di tanah air akhir-akhir ini harus diwaspadai oleh seluruh lapisan masyarakat. Hasil pemantauan menunjukkan bahwa gangguan sistem cuaca di atmosfir kita akhir-akhir ini disebabkan oleh gangguan tropis dampak menghangatnya suhu muka laut perairan Indonesia, disamping faktor La Nina yang masih berlangsung hingga saat ini.



Cuaca Buruk
Kondisi suhu muka laut yang menghangat yang berbarengan dengan pemanasan intensif oleh Matahari di belahan bumi selatan jika berkembang terus akan menyebabkan berkembangnya pusat-pusat tekanan rendah di kawasan selatan Indonesia. Massa udara dari subtropis yang bertekanan tinggi akan mengalir masuk ke wilayah tropis. Terbentuknya pusat-pusat tekanan rendah ini selain meningkatkan pasokan hujan di kawasan selatan Indonesia juga membawa pengaruh terjadinya cuaca buruk berupa angin kencang dan gelombang laut tinggi.
Gambar 1. Dampak gangguan tropis, hingga kini di hampir seluruh daerah di Jawa dan Bali masih dilanda hujan deras, angin kencang dan gelombang laut tinggi.
Akumulasi energi di atas normal di atmosfer dapat mengubah pola tekanan rendah berkembang menjadi badai tropis di perairan selatan Jawa mengakibatkan labilitas kondisi atmosfir hingga terjadinya cuaca buruk yang melanda di berbagai daerah. Munculnya aktivitas badai tropis Vince di Samudera Hindia sejak tanggal 12 Januari 2011 telah terbukti mengacaukan sistem cuaca di atmosfir kita.
Potensi imbas badai tropis Vince terhadap Jawa dan Bali adalah terjadinya cuaca buruk. Dampak badai tropis menjadi kian besar karena kibasan “ekor badai” yang cenderung akan lebih panjang sebagai dampak pemanasan global yang terjadi beberapa dekade terakhir. Hingga saat ini masih berlangsung gangguan tropis berupa pusat tekanan rendah (997 mb) di selatan Jawa pada koordinat 15.0 Lintang Selatan dan 110.0 Bujur Timur. Dampak gangguan tropis, hingga kini di hampir seluruh daerah di Jawa dan Bali masih dilanda hujan deras, angin kencang dan gelombang laut tinggi.
Berdasarkan prakiraan BMKG tanggal 18 Januari 2011 menunjukkan tinggi gelombang laut di perairan selatan Jawa hingga selatan Bali masih berkisar antara 3.0-4.0 meter, sementara di perairan Laut Jawa hingga Laut Bali tinggi gelombang laut berkisar antara 2.0-3.0 meter. Gelombang laut tinggi ini cukup membahayakan aktivitas pelayaran. Dampak cuaca buruk ini telah menyebabkan para nelayan berhenti melaut karena tingginya gelombang di Laut Jawa dan Samudera Hindia.
Cuaca akhir-akhir ini cenderung mudah berubah dengan cepat, maka dihimbau kepada para nelayan maupun armada pelayaran antar pulau harus meningkatkan kewaspadaan. Bagi armada pelayaran, selain waspada juga harus menyediakan perlengkapan keselamatan pelayaran serta mengaktifkan sarana komunikasi untuk memudahkan koordinasi jika terjadi kondisi darurat.

Gambaran Kondisi Dinamika Atmosfer tanggal 22 Januari 2011 terkait terjadinya hujan lebat di Kota Kendari










Kesimpulan :
Skala Global
  1. Sesuai informasi dari BMKG pusat bahwa masih terjadi Lanina Moderate, maka menyebabkan jumlah curah hujan yang meningkat dan hal ini berlangsung sampai bulan Pebruari 2011.
  2. Selain terjadinya La Nina Moderat, sekarang ini terjadi Monsun dengan pola Baratan (posisi matahari di Belahan Bumi Bagian Selatan), dimana terjadi tekanan tinggi di Asia, hal ini menyebabkan massa udara dari daratan Asia bergerak masuk ke wilayah Indonesia (sifat massa udara basah). Dengan masuknya massa udara dari Asia inilah yang meningkatkan pertumbuhan awan konvektif yang akhirnya meningkatkan jumlah curah hujan.
  3. Data indeks Surge menunjukan bahwa perbedaan Tekanan antara Hongkong dan Cina >10 mb (Cold surge terjadi), kondisi ini yang menyebabkan tekanan tinggi di Asia dan tekanan rendah Indonesia,  sehingga massa udara bergerak dari Asia ke Indonesia dan hal ini yang menyebabkan terjadinya hujan di Indonesia.
  4. Dari Gambar Grafik Indeks SOI menunjukkan bahwa masih menunjukan nilai (+) positif yang berarti bahwa kondisi jumlah curah hujan di Indonesia Wilayah Timur meningkat.
  5. Data Sea Surface Temperature (SST) menunjukan suhu muka laut wilayah Indonesia bagian Timur, masih diatas 270C, hal ini menggambarkan bahwa penguapan yang terjadi dilaut masih cukup tinggi sehingga kandungan uap air yang terdapat di udara cukup tinggi
Skala Regional
  1. Dari Gambar Streamline lapisan 3000 feet menunjukkan bahwa pola angin di Indonesia bergerak dari Barat ke Timur, selain itu dari gambar terlihat bahwa massa udara berasal dari Samudera Pasifik yang bersifat basah, hal ini yang memicu pertumbuhan awan konvektif di Indonesia. Untuk wilayah Kota kendari terlihat bahwa terjadi shearline (belokan angin) yang berarti terjadi penumpukan massa udara (awan konvektif cukup aktif) pada akhirnya terjadi hujan.
  2. Dari Gambar Tekanan Udara menunjukan bahwa banyaknya terdapat Daerah Pusat Tekanan Rendah di Belahan Bumi Selatan dan di Equator, namun ada satu daerah pusat tekanan rendah yang menarik semua massa udara di Indonesia bergerak di Daerah Pusat Tekanan Rendah tersebut yaitu daerah Low yang berada di sebelah Timur Laut Benua Australia (986 mb), hal inilah yang menyebabkan banyak terdapat daerah shearline di Indonesia.
Skala Lokal
Kondisi Stabilitas udara menunjukan bahwa :
  1. K-indeks (35) = konvektif sedang
  2. L-indeks (-2) =Thunder stroom
  3. Showalter Indeks (-2) =  Thuder stroom
  4. Relatif Humidity (RH) 700 Hpa : >60%
  5. Relatif Humidity (RH) 850 Hpa : >80%
Gambaran kondisi Skala Lokal
  1. Kondisi K-indek tingkat kecenderungan pertumbuhan awan (tingkat konvektif) Tingkat Sedang.
  2. Kondisi L-indeks adalah gambaran kondisi labilitas udara di atmosfer dan dari gambar menunjukan bahwa tingkat labilitas udara di Kota kendari pada Tingkat dimungkinkan terjadi Thunder Stroom)
  3. Kondisi Showalter Indeks adalah gambaran kondisi labilitas udara di atmosfer, dan dari gambar menunjukan bahwa tingkat labilitas berada pada tingkat dimungkinkan terjadi Thunder stroom)
  4. Data RH pada lapisan 700 mb dan 850 mb adalah gambaran kandungan uap air di udara, dimana dari gambar menunjukan bahwa kondisi kandungan uap air di wilayah kota Kendari cukup banyak, sehingga dapat memicu pertumbuhan awan konvektif (awan hujan).
Dari data Satelit MTSAT menunjukan bahwa banyak sekali kumpulan awan yang terjadi di atas wilayah Kota kendari, dimana terdapat juga awan Cumulusnimbus yang merupakan awan - awan hujan. Dengan adanya awan Cumulusnimbus yang cukup tebal (tingginya >9000 m) dan tinggi dasar awan yang cukup rendah, maka Kota Kendari berpotensi terjadi hujan lebat dengan disertai guntur dan angin kencang.

Kondisi Dinamika Atmosfer diataslah yang menyebabkan terjadi hujan yang cukup lebat, dimana jumlah curah hujan yang tercatat di Stasiun Meteorologi Maritim Kendari tanggal 22 Januari 2011 adalah 49 mm/hari.


Forecaster on Duty 

Aris Yunatas, SP. 

Jumat, 21 Januari 2011

Kutipan Wawancara dengan SKH Kendari Pos

Aris Yunatas: Kendari Masuk Sebagai Daerah Terkena La Nina PDF  | Print |  E-mail
Wednesday, 29 September 2010
KENDARINEWS: Sulawesi Tenggara yang tergabung dalam kepulauan Sulawesi yang terletak dibagian Timur Indonesia dan berdekatan dengan Laut Pasifik menyebabkan Sultra, dilewati oleh badai La Nina Moderate, yang menyebabkan cuaca tidak menentu.
“ Seharusnya sekarang kita memasuki musim kemarau, tapi kenyataan yang kita lihat sekarang, cuaca tidak bisa ditebak. Sebentar panas kemudian hujan lagi. Ini akibat dari badai La nina modarate, yang menyebabkan cuaca tidak menentu. La Nina moderate  ini diprediksi mulai Agustus 2010, sampai dengan Februari 2011,” tutur Aris Yunatas, Sp., Prakirawan, Badan Meteorologi Klimatolologi dan Geofisika Kota Kendari kepada Kendarinews, Rabu (29/9/2010), di ruang kerjanya.

La Nina merupakan suatu kondisi dimana terjadi penurunan suhu muka laut di kawasan Timur Equator di Lautan Pasifik, La Nina tidak dapat dilihat secara fisik, periodenya pun tidak tetap.

“Periode La nina sendiri terjadi tiga tahun sekali. La nina ini menyebabkan curah hujan diatas normal. Contohnya seperti yang kita rasakan sekarang ini, jadi jangan heran jika cuaca yang terjadi saat ini khususnya di Kendari tidak menentu, dikarenakan Sulawesi itu masuk daftar sebagai daerah yang terkena La nina,” tegasnya.

Pada saat terjadi La Nina angin passat timur yang bertiup di sepanjang Samudra Pasifik menguat ( Sirkulasi Walker  bergeser ke arah Barat ). Sehingga massa air hangat yang terbawa semakin banyak ke arah Pasifik Barat. Akibatnya massa air dingin di Pasifik Timur bergerak ke atas dan menggantikan massa air hangat yang berpindah tersebut, hal ini biasa disebut upwelling. Dengan pergantian massa air itulah suhu permukaan laut mengalami penurunan dari nilai normalnya.

Fenomena La Nina menyebabkan curah hujan bertambah di sebagian besar wilayah Indonesia bagian timur termasuk Sulawesi, bahkan sangat berpotensi menyebabkan terjadinya banjir. Peningkatan curah hujan ini sangat tergantung dari intensitas La Nina tersebut. Namun karena posisi geografis Indonesia yang dikenal sebagai benua maritim, maka tidak seluruh wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena La Nina. (indi)

Stasiun Meteorologi Maritim Kendari






PRAKIRAAN CUACA BERDASARKAN SKALA METEOROLOGI



Wilayah Indonesia berada pada posisi strategis, terletak di daerah tropis, diantara Benua Asia dan Australia, diantara Samudera Pasifik dan Samudera Hindia, serta dilalui garis katulistiwa, terdiri dari pulau dan kepulauan yang membujur dari barat ke timur, terdapat banyak selat dan teluk, menyebabkan wilayah Indonesia rentan terhadap perubahan iklim/cuaca.

Keberadaan wilayah Indonesia sebagaimana tersebut, kondisi iklimnya akan dipengaruhi oleh fenomena global seperti El Nino, La Nina, Dipole Mode, dan Madden Julian Oscillation (MJO), disamping pengaruh fenomena regional, seperti sirkulasi monsun Asia-Australia, Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis atau Inter Tropical Convergence Zone (ITCZ) yang merupakan daerah pertumbuhan awan, serta kondisi suhu muka laut di sekitar wilayah Indonesia.

Sementara kondisi topografi wilayah Indonesia yang bergunung, berlembah, serta banyak pantai, merupakan fenomena lokal yang menambah beragamnya kondisi iklim di wilayah Indonesia, baik menurut ruang (wilayah) maupun waktu. Berdasarkan hasil analisis data periode 30 tahun (1971-2000), secara klimatologis wilayah Indonesia terdapat 293 pola iklim, dimana 220 pola merupakan Zona Musim (ZOM) yaitu mempunyai perbedaan yang jelas antara periode musim hujan dan periode musim kemarau (pola Monsun), sedangkan 73 pola lainnya adalah Non Zona Musim (Non ZOM). Daerah Non ZOM pada umumnya memiliki ciri mempunyai 2 kali puncak hujan dalam setahun (pola Ekuatorial), sepanjang tahun curah hujannya tinggi atau rendah, dan waktu terjadinya musim hujan dan musim kemarau kebalikan dengan daerah ZOM (pola Lokal).

      A. Fenomena Global yang Mempengaruhi Iklim / Musim di Indonesia

          1.    El Nino dan La Nina

El Nino merupakan fenomena global dari sistem interaksi lautan atmosfer yang ditandai memanasnya suhu muka laut di Ekuator Pasifik Tengah (Nino 3,4) atau anomali suhu muka laut di daerah tersebut positif (lebih panas dari rata-ratanya).  Sementara, sejauhmana pengaruhnya El Nino di Indonesia, sangat tergantung dengan kondisi perairan wilayah Indonesia.  Fenomena El Nino yang berpengaruh di wilayah Indonesia dengan diikuti berkurangnya curah hujan secara drastis, baru akan terjadi bila kondisi suhu perairan Indonesia cukup dingin. Namun bila kondisi suhu perairan Indonesia cukup hangat tidak berpengaruh terhadap kurangnya curah hujan secara signifikan di Indonesia.  Disamping itu, mengingat luasnya wilayah Indonesia, tidak seluruh wilayah Indonesia dipengaruhi oleh fenomena El Nino.
Sedangkan La Nina merupakan kebalikan dari El Nino ditandai dengan anomali suhu muka laut negatif (lebih dingin dari rata-ratanya) di Ekuator Pasifik Tengah (Nino 3,4).  Fenomena La Nina secara umum menyebabkan curah hujan di Indonesia meningkat bila dibarengi dengan menghangatnya suhu muka laut di perairan Indonesia.  Demikian halnya El Nino, dampak La Nina tidak berpengaruh ke seluruh wilayah Indonesia .


     2.  Dipole Mode

Dipole Mode merupakan fenomena interaksi laut–atmosfer di Samudera Hindia yang dihitung berdasarkan perbedaan nilai (selisih) antara anomali suhu muka laut perairan pantai timur Afrika dengan perairan di sebelah barat Sumatera.  Perbedaan nilai anomali suhu muka laut dimaksud disebut sebagai Dipole Mode Indeks (DMI).
Untuk DMI positif, umumnya berdampak kurangnya curah hujan di Indonesia bagian barat, sedangkan nilai DMI negatif, berdampak meningkatnya curah hujan di Indonesia bagian barat.  
      
3.    Madden Julian Oscillation

Madden Julian Oscillation (MJO) mengindikasikan osilasi aktivitas pertumbuhan awan-awan sepanjang jalur dimulai dari atas perairan Afrika Timur hingga perairan Pasisfik bagian barat (utara Papua). Periode osilasinya relatif pendek, sekitar 30-50 hari (intra seasonal). Dengan demikian analisis MJO terhadap penyusunan Prakiraan Musim Hujan 2010/2011, lebih digunakan sebagai bahan pertimbangan khususnya untuk memprakirakan Awal Musim Hujan 2010/2011.

B.  Fenomena Regional yang Mempengaruhi Iklim/Musim di    Indonesia

      1.  Sirkulasi Monsun Asia – Australia

Sirkulasi angin di Indonesia ditentukan oleh pola perbedaan tekanan udara di Australia dan Asia. Pola tekanan udara ini mengikuti pola peredaran matahari dalam setahun yang mengakibatkan sirkulasi angin di Indonesia umumnya adalah pola monsun, yaitu sirkulasi angin yang mengalami perubahan arah setiap setengah tahun sekali. Pola angin baratan terjadi karena adanya tekanan tinggi di Asia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim hujan di Indonesia. Pola angin timuran/tenggara terjadi karena adanya tekanan tinggi di Australia yang berkaitan dengan berlangsungnya musim kemarau di Indonesia.
            
2.   Daerah Pertemuan Angin Antar Tropis (Inter Tropical   Convergence Zone / ITCZ)

            ITCZ merupakan daerah tekanan rendah yang memanjang dari barat ke timur dengan posisi selalu berubah mengikuti pergerakan posisi matahari ke arah utara dan selatan khatulistiwa.  Wilayah Indonesia yang berada di sekitar khatulistiwa, maka pada daerah-daerah yang dilewati ITCZ pada umumnya berpotensi terjadinya pertumbuhan awan-awan hujan.  

      3.  Suhu Muka Laut di Wilayah Perairan Indonesia
                
Kondisi suhu muka laut di wilayah perairan Indonesia dapat digunakan sebagai salah satu indikator banyak-sedikitnya kandungan uap air di atmosfer, dan erat kaitannya dengan proses pembentukan awan di atas wilayah Indonesia.  Jika suhu muka laut dingin berpotensi sedikitnya kandungan uap air di atmosfer, sebaliknya panasnya suhu muka laut berpotensi cukup banyaknya uap air di atmosfer.